Kamis, 27 Juni 2024

Refleksi Kompetensi Sosial dan Emosional

 

Mulai dari Diri

Modul 2.2
Hendrica Etmi Primarini


Selama menjadi pendidik, Anda tentu pernah mengalami sebuah peristiwa yang dirasakan sebagai sebuah kesulitan, kekecewaaan, kemunduran, atau kemalangan, yang akhirnya membantu Anda bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Ketika saya menjadi wali kelas di kelas XI jurusan BKP, dengan kondisi kelas yang hanya ada satu siswa perempuannya. Dengan kondisi semua siswa adalah laki-laki, ini adalah tantangan bagi saya untuk dapat mendampingi mereka semua agar naik di kelas XII dan tetap mempertahannya keberadaan 1 siswa perempuan tersebut. Karena sering terjadi, siswa perempuan ini menjadi mendapat perintah untuk mengerjakan tugas dari siswa laki-laki yang lain. Belum lagi mendapati aduan setiap hari karena siswa perempuan tersebut mendapat perundungan yang bersifat verbal. Sebenarnya lelah juga, dengan permasalahan yang itu-itu saja, apalagi ini hanya karena 1 siswa perempuan dikelas. Bisa saja, saya melakukan pembiaran agar sekalian saja siswa tersebut mengundurkan diri dari sekolah karena tidak nyaman. Tetapi hal itu saya tepis jauh jauh, karena kembali lagi kita sebagai guru selain memebrikan pendidikan dan pengajaran, kita harus dapat memberikan perlindungan  dan memberikan rasa nyaman kepada semua siswa kita ketika belajar disekolah untuk perkembangan pengetahuan dan perkembangan pribadi siswa.

untuk menghadpi krisis tersebut saya banyak melalukan pendekatan kepada semua siswa kelas saya. Saya banyak mengajak mereka semua ngobrol tentang apa saja, tidak melulu tentang pelajaran. Selain itu saya juga memberi kesempatan kepada semua siswa, untuk hanya sedekar chat tentang apa saja yang sedang mereka keluk kesahkan, entah itu di sekolah ataupun di rumah. Dengan mendengarkan mereka bercerita dan berkeluh kesah, saya sedikit demi sedikit lebih mengenal mereka secara pribadi dan mengetahui kebutuhan perhatian yang seperti apa yang mereka butuhkan. Dengan mereka semua dekat dengan saya, saya juga menyisipkan pesan-pesan ke siswa laki-laki itu, untuk bersama-sama menjaga dan memperhatian 1 siswa perempuan di kelas. Saya memberi pengertian kepada mereka, bahwa kita semua di kelad XI BKP harus bisa naik kelas bersama, tidak ada yang tinggal kelas ataupun mengundurkan diri. Memberikan masukan-masukan kepada siswa ketika kita sudah dekat dan mereka sudah percaya kepada kita (guru) akan lebih mudah siswa kita menerima semua masukan dan nasihat-nasihat dari saya. Dengan begitu, semua siswa akhirnya paham untuk selalu menjaga kekompakan kelas bersama dengan adanya keberadaan 1 siswa perempuan ini, memang harus benar-benar dijaga bersama sampai kenaikan kelas bahkan sampai kelulusan. 

Hal terpenting yang telah saya pelajari adalah kita sebagai guru terutama guru siswa SMK selain menjadi guru disekolah, harus bisa menjadi sahabat bagi mereka. Karena perkembangan sosial dan emosional siswa SMK sangat mudah berubah sehingga kita sebagai guru harus bisa juga menjadi teman agar siswa kita dapat terbuka dengan kita. Ini penting untuk dapat mengetahui apa saja yang dapat kita lakukan untuk membatu perkembangan sosial emosional mereka. 

Dampak dari pengelolaan krisis tersebut dalam diri saya adalah saya semakin memahami tugas seorang guru tidak hanya pintar untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi kita bisa mengembangan sosial dan emosional siswa agar mereka dapat berkembang secara akademik maupun berkembang di lingkungan sosial mereka. 

Saya setuju bahwa faktor-faktor pemahaman diri, ketangguhan atau kemampuan membangun hubungan positif dengan orang lain dapat membantu siswa menjalani proses yang lebih optimal di sekolah. Saya mempunyai siswa yang sangat sopan, kegiatan keagamaan selalu diikuti dengan rajin. Walaupun terlihat pendiam dia sering kali kedapatan berbincang serius dengan teman satu angkatan bahakan dengan lintas angkatan dan lintas jurusan. Dia juga tidak pelit dalam berbagi pengetahuan dan trik dalam tugas-tugas sekolah. Dan akan dengan senang hati membantu teman-teman yang lain untuk menginstal segala program yang diperlukan dipembelajaran sekolah. Dia juga akan dengan sabar melayani semua teman-temannya yang bertanya kepadanya. Semua yang dilakukan oleh siswa saya tersebut sudah mencirikan bahwa siswa itu memiliki kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain.

Kemampuan membangun hubungan yang positif ini juga sejalan dengan kemampuan proses pembelajaran yang lebih optimal di sekolah, dengan dibuktikan siswa tersebut mendapat jumlah nilai di rapot tertinggi dikelasnya.

Hubungan antara kompetensi sosial dan emosional dengan keberhasilan dalam pengelolaan krisis saya dan pembelajaran siswa saya adalah kita dapat memahami karakter diri dan orang-orang sekitar. Dengan begitu, kita dapat mengetahui apa yang menjadi keingan kita dan apa kelebihan yang dimiliki untuk dapat kita manfaatkan untuk membantu dan menyelesaikan permasalahan dengan baik

Sebagai seorang pendidik, saya berharap:

  • dapat berperan dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan menyenangkan  
  • memperhatikan kesejahteraan emosional dan sosial para murid. 
  • menyebarkan suasana positif dan kebaikan dengan menjaga kendali atas emosi saya dalam berinteraksi dengan siapa pun. 
  • berusaha untuk tetap menjaga kontrol emosional agar tidak terlalu bereaksi secara berlebihan.
  • dapat menjadi guru dan sahabat bagis semua siswa 

Sebagai seorang pendidik, saya berharap untuk murid-murid saya agar:

  • selalu dapat menjaga satu dengan yang lainya dan tidak menyakiti hati temannya.
  • dapat menjaga kekompakan yang positif untuk meningkatkan akademik 
  • menjaga sosial emosional agar tidak mudah terpengaruh dan merasa sakit hati sendiri.
  • meningkatkan kemampuan hubungan yang positif dengan orang lain untuk meningkatkan proses pembelajaran yang lebih optimal.











Kamis, 20 Juni 2024

PMM Dokumen Refleksi Tindak Lanjut

 



PMM Dokumen Refleksi Tindak Lanjut

Hendrica Etmi Primarini, SPd

SMKN 4 Kota Tangerang Selatan

1.  Apa inspirasi baru yang Anda dapatkan dari upaya tindak lanjut?

Pembelajaran dengan teman sebaya adalah pendekatan yang sangat efektif dalam pendidikan. Metode ini memungkinkan siswa untuk belajar dari satu sama lain, memperdalam pemahaman mereka, dan mengembangkan keterampilan sosial serta kognitif. Inspirasi baru dari pembelajaran teman sebaya dan upaya tindak lanjut yang bisa dilakukan adalah:

a.      Membuat kelompok belajar interaktif:

    • Buat kelompok belajar kecil yang terdiri dari siswa dengan kemampuan berbeda. Setiap kelompok dapat bekerja pada tugas atau proyek yang memerlukan kolaborasi dan pemecahan masalah bersama. siswa yang mempunya kemampuan yang kuat bertugas sebagai tutor sebaya. Pilih siswa yang memiliki pemahaman kuat dalam mata pelajaran tertentu untuk menjadi tutor sebaya. Siswa ini bisa memberikan bimbingan kepada teman-temannya yang mungkin kesulitan.
  1. Memberikan Materi Diskusi dan Debat:
    • Merencanakan sesi diskusi dan debat di kelas di mana siswa dapat berbagi pendapat dan pandangan mereka tentang topik tertentu. Ini bisa meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan argumentasi.
  2. Membuat Proyek Kolaboratif:
    • Ajak siswa untuk bekerja bersama dalam proyek-proyek kolaboratif yang menuntut mereka untuk berbagi pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya. Proyek ini bisa berupa eksperimen sains, pembuatan model, atau penyusunan laporan bersama.

2. Berdasarkan inspirasi yang Anda dapatkan, apa perubahan praktik Anda di ruang kelas/satuan pendidikan yang telah Anda lakukan?

Untuk menerapkan inspirasi dari pembelajaran teman sebaya di ruang kelas, ada beberapa perubahan praktik yang saya lakukan:

o   Pembentukan Kelompok Belajar Interaktif dengan Kelompok belajar dibentuk secara heterogen, mencampurkan siswa dengan berbagai kemampuan akademik. Setiap kelompok terdiri dari siswa yang kuat dalam pelajaran tertentu dan siswa yang membutuhkan lebih banyak bantuan. Dalam setiap sesi belajar, peran siswa dalam kelompok dapat dirotasi sehingga setiap anggota memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin kelompok atau fasilitator.

    • Proyek Kolaboratif dengan Proyek-proyek interdisipliner yang mencakup beberapa mata pelajaran sekaligus, seperti sains, matematika, dan seni, dikembangkan. Siswa bekerja dalam tim untuk menyelesaikan proyek dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas atau dalam pameran sekolah.
    • Evaluasi dan Umpan Balik  dengan kuesioner diberikan kepada siswa secara berkala untuk mengumpulkan umpan balik tentang efektivitas pembelajaran teman sebaya, dan sesi diskusi reflektif diadakan di mana siswa dapat berbagi pengalaman mereka dan memberikan saran untuk perbaikan.
  • 3.    Apa 3 tantangan paling sulit yang akan Anda hadapi dalam melakukan perubahan tersebut?

Dalam menerapkan perubahan pembelajaran teman sebaya, ada tiga tantangan paling sulit yang kemungkinan akan saya hadapi:

o  Mengatasi Dinamika Kelompok yang Tidak Seimbang dalam kelompok belajar heterogen, ada risiko ketidakseimbangan kontribusi di mana siswa yang lebih kuat mungkin mendominasi diskusi atau mengambil alih tugas, sementara siswa yang lebih lemah menjadi pasif. Hal ini bisa menghambat tujuan kolaborasi dan pembelajaran yang merata.

o  Motivasi dan Komitmen Tutor Sebaya menjaga motivasi dan komitmen siswa yang dipilih sebagai tutor sebaya bisa menjadi sulit, terutama jika mereka merasa terbebani dengan tugas tambahan ini di luar jam pelajaran reguler.

o  Evaluasi dan Umpan Balik yang Efektif mengumpulkan dan menganalisis umpan balik dari siswa secara teratur bisa memakan waktu dan sumber daya. Selain itu, ada tantangan dalam menerapkan perubahan berdasarkan umpan balik yang diberikan oleh siswa.


4.  Bagaimana rencana Anda dalam mengatasi tantangan tersebut agar bisa memastikan perubahan terjadi?

o  Mengatasi Dinamika Kelompok yang Tidak Seimbang dengan menerapkan rotasi peran secara efektif dan memastikan setiap siswa memiliki kesempatan dan tanggung jawab yang jelas dalam kelompok. Saya juga perlu memantau dinamika kelompok secara aktif dan memberikan intervensi bila diperlukan untuk memastikan setiap anggota kelompok terlibat secara aktif.

o  Motivasi dan Komitmen Tutor SebayaTantangan  dengan memberikan penghargaan atau insentif kepada tutor sebaya, seperti sertifikat atau pengakuan khusus di sekolah. Selain itu, memberikan pelatihan dan dukungan yang memadai agar mereka merasa percaya diri dan termotivasi dalam menjalankan peran mereka.

o  Evaluasi dan Umpan Balik yang efektif dengan menggunakan alat evaluasi yang efisien seperti kuesioner online dan mengadakan sesi diskusi reflektif yang terstruktur. Selain itu, penting untuk menunjukkan kepada siswa bahwa umpan balik mereka dihargai dengan mengkomunikasikan perubahan atau perbaikan yang dilakukan berdasarkan masukan mereka.


5.    Apa inspirasi baru yang Anda dapatkan dari upaya tindak lanjut?

Dari upaya tindak lanjut pengelolaan kelas, pengelolaan perilaku peserta didik yang sulit, dan pengelolaan emosi dalam menjalankan peran sebagai pendidik, beberapa inspirasi baru yang dapat diperoleh adalah: Dalam pengelolaan kelas untuk mencapai pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, integrasi pembelajaran berbasis proyek (PBL) memberikan inspirasi penting. Dalam PBL, siswa bekerja dalam jangka waktu yang lebih lama pada proyek yang relevan dengan dunia nyata, memotivasi mereka untuk belajar dengan cara yang lebih mendalam dan bermakna. Selain itu, penggunaan teknologi seperti platform pembelajaran online, alat kolaborasi digital, dan sumber daya multimedia mendukung pembelajaran yang lebih individual dan interaktif. Melibatkan siswa dalam perencanaan kurikulum dan kegiatan kelas juga meningkatkan rasa kepemilikan dan keterlibatan mereka.

Dalam pengelolaan perilaku peserta didik yang sulit, fokus pada pendekatan berbasis hubungan memberikan inspirasi untuk membangun hubungan yang kuat dan positif dengan siswa, mengurangi perilaku sulit dengan menekankan pentingnya kepercayaan dan rasa hormat timbal balik. Program intervensi positif yang menekankan penghargaan dan penguatan positif daripada hukuman juga sangat bermanfaat. Selain itu, integrasi pelatihan keterampilan sosial-emosional ke dalam kurikulum membantu siswa mengembangkan keterampilan pengelolaan diri, empati, dan resolusi konflik.

Dalam pengelolaan emosi dalam menjalankan peran sebagai pendidik, mengembangkan program dukungan yang lebih komprehensif untuk guru memberikan inspirasi untuk menyediakan akses ke konseling, kelompok dukungan rekan kerja, dan sumber daya kesehatan mental. Membentuk jaringan dukungan atau kelompok pendukung di sekolah menjadi langkah implementasi yang efektif. Selain itu, menyediakan pelatihan berkelanjutan yang berfokus pada pengelolaan stres, keterampilan komunikasi, dan teknik pengelolaan kelas yang efektif adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental dan emosional pendidik.

 6. Berdasarkan inspirasi yang Anda dapatkan, apa perubahan praktik Anda di ruang kelas/satuan pendidikan yang telah Anda lakukan?

Berdasarkan inspirasi yang diperoleh dari pengelolaan kelas, pengelolaan perilaku peserta didik yang sulit, dan pengelolaan emosi dalam menjalankan peran sebagai pendidik, saya telah melakukan beberapa perubahan praktik di ruang kelas dan satuan pendidikan. Untuk mencapai pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, saya telah mengintegrasikan pembelajaran berbasis proyek (PBL) yang lebih mendalam ke dalam kurikulum. Siswa kini bekerja dalam jangka waktu yang lebih lama pada proyek yang relevan dengan dunia nyata, seperti proyek penelitian lingkungan atau pembuatan model bisnis sederhana, yang memungkinkan mereka menghubungkan teori dengan praktik dan meningkatkan keterlibatan mereka. Selain itu, saya mulai menggunakan teknologi seperti platform pembelajaran online, alat kolaborasi digital, dan sumber daya multimedia, sehingga siswa dapat mengakses materi pelajaran secara online, berkolaborasi melalui alat digital seperti Google Classroom, serta menggunakan multimedia untuk memperdalam pemahaman mereka, mendukung pembelajaran yang lebih individual dan interaktif. Saya juga melibatkan siswa dalam perencanaan kurikulum dan kegiatan kelas, dengan mengadakan sesi brainstorming di awal semester untuk mendengarkan ide dan minat siswa tentang topik yang ingin mereka pelajari, membantu meningkatkan rasa kepemilikan dan keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran.

Dalam pengelolaan perilaku peserta didik yang sulit, saya telah melakukan beberapa perubahan praktik yang signifikan. Pertama, saya fokus pada pendekatan berbasis hubungan dengan membangun hubungan yang kuat dan positif dengan siswa. Saya mengadakan percakapan individual secara rutin untuk memahami kebutuhan dan masalah mereka, menekankan pentingnya kepercayaan dan rasa hormat timbal balik, yang terbukti membantu mengurangi perilaku sulit. Kedua, saya mengembangkan program intervensi positif yang menekankan penghargaan dan penguatan positif daripada hukuman. Misalnya, saya memberikan penghargaan berupa pujian atau sertifikat untuk siswa yang menunjukkan perbaikan perilaku atau pencapaian akademik. Ketiga, saya mengintegrasikan pelatihan keterampilan sosial-emosional ke dalam kurikulum. Siswa mengikuti sesi reguler yang berfokus pada keterampilan seperti pengelolaan diri, empati, dan resolusi konflik, membantu mereka mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk berinteraksi dengan lebih baik.

Dalam pengelolaan emosi dalam menjalankan peran sebagai pendidik, saya telah melakukan beberapa perubahan praktik yang penting. Pertama, saya membantu mengembangkan program dukungan yang lebih komprehensif untuk guru di sekolah saya. Kami membentuk jaringan dukungan atau kelompok pendukung di mana guru dapat berbagi pengalaman dan mencari dukungan emosional dan profesional. Kedua, saya mengikuti dan menyelenggarakan pelatihan berkelanjutan yang berfokus pada pengelolaan stres, keterampilan komunikasi, dan teknik pengelolaan kelas yang efektif. Workshop dan seminar reguler diadakan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menghadapi tantangan di kelas. Dengan perubahan-perubahan ini, diharapkan lingkungan belajar menjadi lebih kondusif, siswa lebih terlibat dan termotivasi, serta kesejahteraan emosional pendidik dapat terjaga dengan baik.

 7.    Apa 3 tantangan paling sulit yang akan Anda hadapi dalam melakukan perubahan tersebut?

Dalam melakukan perubahan di tiga area kunci—pengelolaan kelas untuk mencapai pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, pengelolaan perilaku peserta didik yang sulit, dan pengelolaan emosi dalam menjalankan peran sebagai pendidik—saya akan menghadapi beberapa tantangan yang signifikan. Pertama, resistensi terhadap perubahan dari siswa, orang tua, dan rekan guru bisa menjadi hambatan utama dalam mengadopsi metode baru seperti pembelajaran berbasis proyek dan penggunaan teknologi. Kedua, keterbatasan sumber daya seperti perangkat dan akses internet yang tidak memadai dapat menghambat implementasi teknologi dalam pembelajaran. Ketiga, memastikan integrasi pembelajaran berbasis proyek dalam kurikulum memerlukan perencanaan yang matang dan manajemen waktu yang efektif agar setiap proyek dapat diselesaikan tepat waktu tanpa mengorbankan pelajaran lainnya. Menghadapi tantangan-tantangan ini memerlukan strategi yang teliti dan dukungan yang kuat dari semua pihak terkait guna mencapai tujuan pembelajaran yang lebih efektif dan inklusif.

Dalam mengelola perilaku peserta didik yang sulit, saya menghadapi beberapa tantangan yang memerlukan pendekatan dan strategi yang matang. Pertama, menjaga konsistensi dalam menerapkan pendekatan berbasis hubungan dan program intervensi positif bisa menjadi sulit ketika menghadapi berbagai tingkat perilaku sulit dan situasi yang berbeda di kelas. Kedua, melatih dan mengembangkan keterampilan sosial-emosional siswa secara berkelanjutan membutuhkan investasi waktu dan sumber daya yang signifikan, sementara tidak semua siswa merespons dengan cepat terhadap pelatihan ini. Ketiga, kolaborasi dengan orang tua untuk mendukung penerapan program intervensi positif dan pelatihan keterampilan sosial-emosional juga merupakan tantangan besar. Proses ini memerlukan komunikasi yang efektif dan meyakinkan orang tua akan manfaat yang bisa diperoleh siswa dari pendekatan ini, serta melibatkan mereka secara aktif dalam proses pendidikan anak-anak mereka di sekolah. Dengan mengatasi tantangan-tantangan ini secara proaktif, diharapkan saya dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan mendukung bagi semua siswa.

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, saya menghadapi beberapa tantangan signifikan terkait pengelolaan emosi. Pertama, beban kerja yang tinggi dan stres yang berkelanjutan dapat menghambat kemampuan saya untuk mengelola emosi dengan baik saat berinteraksi dengan siswa dan menangani tugas-tugas administratif. Menyediakan dukungan yang memadai di tengah tekanan pekerjaan adalah tantangan utama yang perlu diatasi untuk memastikan kesejahteraan emosional saya tetap terjaga. Kedua, stigma terkait kesehatan mental di kalangan pendidik juga merupakan hal yang masih menjadi hambatan. Mengatasi stigma ini dan mendorong guru untuk mencari dukungan emosional dan mental adalah tantangan besar yang memerlukan pendekatan yang berkelanjutan. Ketiga, untuk mendukung kebutuhan ini, penting untuk mengembangkan dan mempertahankan program dukungan yang komprehensif bagi guru. Namun, keterbatasan anggaran dan fasilitas dapat menghambat efektivitas program ini, sehingga diperlukan upaya untuk mencari solusi dan sumber daya tambahan guna mendukung kesejahteraan emosional para pendidik. Dengan menghadapi tantangan-tantangan ini secara proaktif, saya berharap dapat meningkatkan kesejahteraan pribadi saya sebagai pendidik dan pada gilirannya memberikan dampak positif pada pengalaman belajar siswa.

 8.  Bagaimana rencana Anda dalam mengatasi tantangan tersebut agar bisa memastikan perubahan terjadi?

 Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam menjalankan perubahan dalam pendidikan, terutama dalam memastikan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, pengelolaan perilaku peserta didik yang sulit, dan pengelolaan emosi sebagai pendidik, saya merencanakan beberapa langkah strategis. Pertama, dalam pengelolaan kelas yang berpusat pada peserta didik, saya akan melakukan edukasi terbuka kepada siswa, orang tua, dan rekan guru tentang manfaat dari pendekatan baru seperti pembelajaran berbasis proyek. Komunikasi yang terbuka dan terus-menerus akan saya galakkan untuk mengurangi resistensi dan meningkatkan dukungan terhadap perubahan tersebut. Selain itu, saya akan menyelenggarakan pelatihan internal yang fokus pada metode baru yang diterapkan, seperti penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Melalui pelatihan ini, saya berharap dapat memperkuat keterampilan rekan guru sehingga kami dapat bekerja sebagai tim yang solid dalam menerapkan perubahan ini secara efektif di kelas-kelas kami.

Dalam menghadapi tantangan pengelolaan perilaku peserta didik yang sulit, saya merencanakan beberapa langkah strategis. Pertama, saya akan menerapkan pendekatan berbasis kolaborasi dengan melibatkan siswa, orang tua, dan staf sekolah dalam merancang strategi untuk mengelola perilaku yang menantang. Kolaborasi ini akan memastikan adanya pendekatan yang konsisten dan terkoordinasi di lingkungan sekolah. Selanjutnya, saya juga akan mengembangkan dan menerapkan program penguatan positif yang berkelanjutan. Program ini akan memberikan penghargaan atas perilaku baik dan pencapaian akademik siswa, sebagai pengganti pendekatan punitive yang lebih tradisional. Dengan demikian, saya berharap dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan mendukung bagi semua siswa di sekolah.

Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, pengelolaan emosi menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan produktif. Untuk mengatasi tantangan ini, saya merencanakan beberapa langkah strategis. Pertama, saya akan menyediakan forum dan sumber daya untuk dukungan emosional dan mental bagi para pendidik di sekolah. Hal ini dapat meliputi sesi konseling yang tersedia, kelompok dukungan antar rekan kerja, atau bahkan program pelatihan kesehatan mental yang terstruktur. Selanjutnya, saya akan mengembangkan strategi untuk membantu pendidik mengelola beban kerja dan stres secara efektif. Ini termasuk menerapkan praktik manajemen waktu yang baik dan pendekatan holistik terhadap kesehatan pribadi mereka. Dengan melakukan ini, saya berharap para pendidik di sekolah dapat merasa didukung dan mampu menjalankan peran mereka dengan lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di kelas.

Selasa, 18 Juni 2024

DIAGRAM FRAYER PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

DIAGRAM FRAYER PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI


Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pengajaran yang berfokus pada upaya untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid dengan mengakui dan merespons perbedaan dalam minat, kesiapan, dan gaya belajar mereka. Pendekatan ini menyesuaikan kurikulum, metode pengajaran, dan aktivitas belajar agar sesuai dengan variasi kemampuan dan preferensi murid, sehingga setiap murid memiliki kesempatan untuk mencapai potensi maksimalnya. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, guru menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan suportif di mana setiap murid merasa dihargai dan didukung dalam proses belajarnya.


Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi: Kurikulum disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan individu murid, dengan mempertimbangkan minat, kesiapan, dan gaya belajar mereka. Guru menggunakan berbagai metode pengajaran, seperti pembelajaran visual, auditori, kinestetik, dan kolaboratif untuk menjangkau berbagai tipe pembelajar. Pendekatan ini berfokus pada murid sebagai pusat pembelajaran, menyesuaikan strategi pengajaran untuk mengakomodasi kebutuhan belajar mereka. Murid dapat dikelompokkan berdasarkan kemampuan, minat, atau gaya belajar untuk tugas-tugas tertentu, dan kelompok-kelompok ini dapat berubah sesuai kebutuhan. Selain itu, murid diberikan pilihan dalam bagaimana mereka belajar dan bagaimana mereka menunjukkan pemahaman mereka, misalnya melalui proyek, presentasi, atau ujian tertulis.

Karakteristik Pembelajaran Berdiferensiasi: Guru secara terus-menerus menilai kemajuan murid melalui asesmen formatif dan sumatif, dan menggunakan data ini untuk menyesuaikan pengajaran. Pembelajaran berdiferensiasi bersifat responsif dan adaptif terhadap kebutuhan belajar yang berubah-ubah dari setiap murid. Umpan balik diberikan secara teratur untuk membantu murid memahami kemajuan mereka dan area yang perlu diperbaiki. Pendekatan ini memberdayakan murid untuk mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, mengembangkan keterampilan belajar mandiri. Lingkungan belajar yang mendukung dan inklusif diciptakan, di mana setiap murid merasa dihargai dan termotivasi untuk belajar. Teknologi digunakan untuk mendukung pembelajaran berdiferensiasi, menyediakan sumber daya yang beragam dan memungkinkan pengajaran yang lebih personal.


Contoh Praktis
Tugas Berdiferensiasi: Menyediakan berbagai opsi tugas yang bisa dipilih murid sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.
Kelompok Belajar: Mengelompokkan murid berdasarkan topik tertentu dan membiarkan mereka bekerja sama dalam proyek.
Materi Pembelajaran yang Beragam: Menggunakan buku, video, aplikasi, dan alat digital untuk menyajikan materi dengan berbagai cara.


Bukan Contoh:
Memberikan projek yang harus sama kepada siswa
Memberikan tugas yang sulit terhadap siswa yang lebih mampu
Memaksakan gaya belajar


2.1.a.4.1. Forum Diskusi - Eksplorasi Konsep Modul 2.1

Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

 Tujuan Pembelajaran Khusus:

  1. CGP dapat menunjukkan pemahaman tentang diferensiasi konten, proses, dan produk.
  2. CGP dapat menyimpulkan apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dengan menggunakan Diagram Frayer.
Pertanyaan untuk dijadikan renungan:

  1. Bagaimana saya mengelola pembelajaran secara efektif sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar murid saya?
  2. Apa yang akan saya minta murid pelajari?
  3. Bagaimana murid saya harus belajar, difasilitasi pembelajarannya dan berinteraksi satu sama lain?
  4. Bagaimana mereka mendemonstrasikan hasil pembelajaran mereka? Apa yang akan mereka hasilkan?
  5. Apa peran penilaian formatif dan sumatif dalam pembelajaran berdiferensiasi ?
Pertanyaan untuk diskusi daring
  1. Informasi atau fakta apa yang disampaikan dalam video dan artikel tersebut?
  2. Gagasan baru apa yang Anda dapatkan dari video dan artikel yang Anda lihat?
  3. Apakah yang menurut Anda akan sulit diimplementasikan? Mengapa?
  4. Pertanyaan apakah yang masih Anda miliki atau klarifikasi apakah yang masih Anda perlukan terkait dengan isi video dan artikel tersebut?
DISKUSI
1. Informasi atau fakta apa yang disampaikan dalam video dan artikel tersebut?
Fakta Video 1
Tiga strategi diferensiasi yang bisa kita lakukan berdasarkan tiga kebutuhan belajar (kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid)
1. Diferensiasi konten
    Konten adalah apa yang kita ajarkan pada murid-murid kita berdasarkan kesiapan, minat dan profil      belajar murid.
2. Diferensiasi proses
    Proses seperti apa yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar murid, setelah kita          menganalisis kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid.
Cara untuk menetukan diferensiasi proses
    1. Melaksanakan kegiatan berjenjang
    2. Menyediakan pertanyaan pemandu (sudut-sudut minat di dalam kelas)
    3. Membuat agenda individual untuk murid (daftar pekerjaan umum dan individual).
    4. Menvariasikan lama waktu yang murid dapat ambil untuk membereskan tugas.
    5. Mengembangkan kegiatan bervariasi yang memuat kegiatan profil belajar (visual, auditori, kinestetik)
    6. Menggunakan kelompok yang fleksibel sesuai dengan kesiapan dan minat.
3. Diferensiasi produk
    Tagihan apa yang kita harapkan dari murid, produk adalah unjuk kerja murid, yang ada wujudnya. 
    Produk penting karena merupakan elemen kurikulum yang paling langsung yang dimiliki oleh murid. 
    Diferensiasi produk meliputi:
1. Memberikan tantangan atau variasi
2. Memberikan murid bagaimana pembelajaran yang mereka inginkan
Ekspetasi pada murid
1. Kualitas pekerjaan
2. Konten yang harus ada dsalam produk
3. Bagaimana harus dikerjakan

Fakta pada Video 2
Lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi
1. Setiap orang dalam kelas akan menyambut dan disambut dengan baik
2. Setiap orang di dalam kelas saling menghargai
3. Murid akan merasa aman secara psikis dan fisik.
4. Ada harapan dari pertumbuhan
5. Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan.
6. Ada keadilan dalam bentuk nyata
7. Guru dan siswa berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan bersama.
Fakta artikel Peran Penilaian dalam Pembelajaran Berdiferensiasi
Di dalam kelas, kita dapat memandang penilaian dalam 3 perspektif, yaitu
  1.  Assessment for learning - Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar
  2. Assessment of learning - Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai.
  3. Assessment as learning - Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Berfungsi sebagai penilaian sumatif
Berikut ini adalah beberapa contoh strategi penilaian formatif
1. Tiket keluar
2. Tiket masuk
3. Berbagi 30 detik
4. Nama dalam toples
5. 3 - 2 - 1
6. Refleksi
7. Pojok pemahaman
8. Strategi 5 jari. 

2. Gagasan baru apa yang anda dapatkan dari video dan artikel yang anda lihat?
Gagasan saya adalah menerapkan di kelas dan di transformasikan ke rekan- rekan guru satu sekolah. 
  1. Tahap pertama saya akan mengadakan analisis diagnostik terhadap tiga kebutuhan belajar yaitu kesiapan belajar, minat murid dan [pprofil belajar murid.
  2. Tahap kedua saya akan merencanakan strategi diferensiasi yang terdiri dari diferensiasi konten (pembelajaran) untuk konten sudah saya lakukan dari tahun kemaren yaitu membuat video pembelajaran sehingga profil belajar visual, auditori dapat terpenuhi, kemudian diferensiasi proses yaitu merancang kegiatan pe,mbelajaran berdiferensiasi yang sesuai dengan kesiapan belajar, minat dan profil belajar siswa. Untuk diferensiasi produk, saya meminta murid untuk membuat video sebagai laporan praktikum atau tugas praktek lainnya, supaya mereka belajar IT, berinovasi dan sesuai dengan kodrat jaman.
  3. Tahap yang ketiga saya akan mengajak murid- murid untuk dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang berdiferensiasi 
  4. Tahap yang keempat saya akan merencanakan penilaian formatif yang menarik sehingga semua murid dapat bahagia dan termotivasi dalam belajar.
3. Apakah yang menurut anda akan sulit diinplementasikan? Mengapa?
Setelah saya mempelajari strategi diferensiasi, lingkungan pembelajaran berdiferensiasi dan penilaian pembelajaran berdiferensiasi,secara teori sudah sangat jelas, yang sulit adalah tekad kuat untuk mengimplementasikan di kelas, karena bila kita sudah memulai dan akhirnya terbiasa maka menjadi kebiasaan baik atau praktik baik.

4. Pertanyaan apakah yang masih anda miliki atau klarifikasi apakah yang masih anda perlukan terkait dengan isi video dan artikel tersebut
Pertanyaan :
1. Contoh dari asesment for learning, asesment of learning dan assesment as learning! (bentuk tabel dan rubrik penilaian )



Kamis, 13 Juni 2024

1.4.a.9.1. Aksi Nyata Modul 1.4 - Forum Berbagi Aksi Nyata

 ARTIKEL

AKSI NYATA MODUL 1.4

IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH MELALUI KEYAKINAN KELAS DI SMKN 4 KOTA TANGERANG SELATAN

 

Oleh : HENDRICA ETMI PRIAMRINI

Calon Guru Penggerak Angkatan 10

 


Dengan kemajuan zaman dan teknologi, krisis karakter semakin mengkhawatirkan. Hal ini terjadi karena teknologi memudahkan akses ke tren budaya luar tanpa mempertimbangkan kesesuaiannya dengan budaya kita. Budaya positif di sekolah mencakup nilai-nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mendukung perkembangan murid menjadi individu kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab. Sekolah, sebagai lembaga pembentuk karakter, memiliki peluang besar untuk mengembangkan budaya positif ini, terutama melalui peran guru. Sekolah idealnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi murid, sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa pembelajaran harus membawa kebahagiaan tertinggi melalui merdeka belajar. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan membangun budaya positif, misalnya melalui pembentukan keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi. Dengan keyakinan kelas yang disusun bersama guru dan murid, semua pihak akan berupaya menjalankannya sebagai langkah awal membangun budaya positif di sekolah, serta membimbing murid untuk disiplin positif dan menjadi murid merdeka.

Tujuan dari program ini adalah untuk mengembangkan budaya positif dengan menanamkan nilai kebajikan serta kesepakatan kelas, menumbuhkan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila pada murid dalam proses pembelajaran, memahami konsep posisi kontrol sebagai pendidik, memahami konsep kebutuhan dasar manusia, memahami penerapan segitiga restitusi, meningkatkan keberanian dan kepercayaan diri murid untuk menyampaikan pendapat, menumbuhkan motivasi intrinsik murid, mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, menumbuhkan budi pekerti yang baik seperti tanggung jawab, disiplin, dan komitmen, serta mengajarkan murid mencari solusi dari masalah.

Tolok ukur keberhasilan program ini meliputi murid mampu membuat kesepakatan dan keyakinan kelas sesuai dengan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila, murid mampu menjalankan kesepakatan yang telah dibuat dengan penuh tanggung jawab, murid mampu menentukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya, murid mampu menunjukkan perubahan perilaku sebagai pembelajaran dari masalah yang dihadapinya, dan murid serta guru mampu melaksanakan budaya positif secara konsisten.

Linimasa tindakan yang dilakukan meliputi meminta izin kepada Kepala Sekolah untuk sosialisasi, melakukan sosialisasi kepada warga sekolah mengenai budaya positif, kesepakatan kelas, dan Profil Pancasila, menjelaskan pengertian dan manfaat kesepakatan kelas, guru berkolaborasi dengan murid membuat kesepakatan kelas, menumbuhkan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila, menjadikan kesepakatan kelas sebagai kebiasaan positif di lingkungan sekolah, memasang keyakinan kelas, mempraktikkan segitiga restitusi, serta menerapkan keyakinan dan restitusi secara berkelanjutan dan konsisten.

Dukungan yang dibutuhkan untuk program ini meliputi kerjasama orang tua di rumah untuk menerapkan budaya positif, warga sekolah sebagai teladan dalam menerapkan budaya positif di lingkungan sekolah, sarana dan prasarana yang mendukung budaya positif di sekolah, serta kerjasama Kepala Sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan untuk konsisten dalam menerapkan budaya positif.

Langkah pertama adalah menyampaikan rencana Diseminasi Budaya Positif yang diajukan oleh CGP SMKN 4 Kota Tangerang Selatan. Kami mempersiapkan kegiatan diseminasi, termasuk materi, undangan, dan daftar hadir. Kami juga berkoordinasi dengan tim terkait seperti tim sarana prasarana, tim multimedia, dan tim konsumsi. Sasaran diseminasi ini adalah 50 guru dan tenaga kependidikan SMKN 4 Kota Tangerang Selatan, yang dihadiri oleh Wakil Kepala Sekolah Humas. Kegiatan dilaksanakan pada 6 Juni 2024, dengan sambutan dari kepala sekolah yang mendukung implementasi Budaya Positif di SMKN 4 Kota Tangerang Selatan. Peserta seminar antusias mengikuti materi hingga selesai.

Kegiatan Diseminasi Budaya Positif menghasilkan pemahaman dari pendidik dan tenaga kependidikan mengenai implementasi Budaya Positif di sekolah, khususnya dalam penyusunan keyakinan kelas dan restitusi. Hal ini menciptakan pembelajaran yang nyaman, menyenangkan, dan berpihak pada murid.

Kami belajar pentingnya kolaborasi dalam kegiatan Diseminasi Budaya Positif. Tim CGP SMKN 4 Kota Tangerang Selatan bekerja sama untuk melaksanakan kegiatan ini, dan harapannya kami dapat terus berkolaborasi dengan semua pemangku kepentingan sekolah untuk mengimplementasikan Budaya Positif di SMKN 4 Kota Tangerang Selatan.

Kami akan terus berinovasi dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada murid, agar dapat menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan zaman. Kami berharap terus ada perbaikan dalam implementasi Budaya Positif di sekolah melalui kolaborasi dengan Kepala Sekolah, tim CGP, dan semua guru di SMKN 4 Kota Tangerang Selatan, serta melalui pelatihan dan belajar mandiri dari berbagai sumber terkait pengembangan pembelajaran yang berpihak pada murid. Kami berupaya untuk terus mengimplementasikan Budaya Positif di sekolah melalui keyakinan kelas demi terwujudnya visi dan misi mencetak generasi berjiwa Profil Pelajar Pancasila.


 DOKUMENTASI KEGIATAN MEMBUAT KEYAKINAN KELAS

HASIL KESEPAKATAN KELAS DATANG KE SEKOLAH TEPAT WAKTU




MELAKSANAKAN PIKET KELAS






HORMAT KEPADA GURU DAN ORANG TUA

MENGIKUTI PEMBELAJARAN DENGAN SEKSAMA



MENJAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH




MENJAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKOLAH





BERPAKAIAN RAPI DAN SESUAI KETENTUAN




MENGIKUTI IBADAH PAGI DAN PELAJARAN AGAMA KRISTEN KATOLIK